Secara
garis besar, langkah-langkah pembibitan dengan teknik jaring adalah sebagai berikut
1. Kolam bidudaya diusahakan berukuran standar (3 x
10 meter dengan kedalaman air sekitar 1,25 meter. Kolam teresebut pertama-tama
dikuras sampai bersih, diusahakan tidak ada lumpurnya sama sekali.Kolam yang
sudah dikuras tersebut tidak boleh dialiri air langsung dari selokan, melainkan
ditunggu beberapa hari agar kolam terisi penuh oleh air rembesan dari kolam
sekitarnya. Tujuannya adalah agar tidak ada bibit penyakit ataupun bibit ikan
lain seperti sepat dan wader.
2. Setelah kolam terisi penuh air, kita masukkaan delapan sampai
sepuluh ekor induk dengan
perbandingan 3 induk jantan dan 5 induk betina. Ukuran induknya diusahakan
antara 1,25 kologram sampai dengan 2 kilogram. Induk-induk tersebut sebaiknya
hanya diberi makan daun senthe dan pellet dengan kadar protein tinggi (pellet untuk bibit ikan
kecil).Dua hari kemudian, setelah induk mampu beradaptasi dengan kolam, kolam
tersebut dipasangi tiga sampai empat sosok yang terbuat dari bamboo dan ijuk
dari pohon aren. Ijuk tersebut harus sudah dibersihkan dan tinggal ijuk yang
berserat halus. Ijuk tersebut ditumpuk pada suatu papan yang berada kurang
lebih dua centimeter di atas permukaan air.
3. Tiga hari kemudian kolam tersebut mulai diamati.
Biasanya induk-induk tersebut mulai membuat sarang dalam sosok-sosok yang telah
disiapkan. Namun kadang-kadang induk juga membuat sarang pada cekungan di
dinding kolam. Jika sudah ada yang mulai membuat sarang, tunggulah beberapa
hari sehingga sarangnya benar-benar selesai dibuat (biasanya berlangsung
sekitar 3-7 hari). Jangan sekali-kali mengamati pada pagi hari sekitar pukul
09.00 – 10.00 atau sore hari antara pukul 15.30 – 17.00 karena waktu-waktu
tersebut merupakan waktu ikan gurami mijah.
4. Amatilah dari permukaan kalau-kalau sarangnya
sudah tersisi telur. Jika berdasarkan
pengamatan dari permukaan ciri-ciri tersebut sudah tampak, masuklah ke dalam
kolam sambil membawa ember plastik hitam berukuran sedang. Untuk memastikan bahwa sarang sudah diisi
telur rabalah bagian depan sarang. Jika sarang sudah tertutup (ijuk bagian
depan datar) dapat dipastikan bahwa sarang tersebut sudah terisi telur.
Siap-siaplah mengangkat telurnya.Telur diangkat dari kolam induk, dipisahkan dari induk dan
ditempatkan pada bak besar berwarna hitam. Bak berwarna hitam tersebut
berfungsi sebagai kolam penetasan. Setiap hari bak harus diteliti dan jika ada
telur yang mati, telur tersebut harus diambil dan dibuang. Biasanya dalam waktu
dua hari telur sudah mulai bergerak-gerak dan sampai dengan delapan hari,
kuning telur sudah habis, dan jadilah tetasan ikan gurami yang masih sangat
kecil.
5. Selama menunggu telur menetas kita menyiapkan
kolam tebaran yang sudah dipasangi jarring happa berukuran 1,5 x 2 meter. Satu
kolam besar bisa dipasangi beberapa jarring happa. Sebaiknya air kolam tersebut
juga merupakan air yang bersih hasil rembesan.
6. Setelah kuning telur habis dan tetasan bergerak
lincah, tetasan tersebut kita masukkan ke jarring happa yang ada di kolam. Di
jarring happa ini tetasan diberi makan cacing rambut sekitar satu bulan.
7. Setelah satu bulan atau ukuran bibit sudah cukup
besar (lebarnya sekitar setengah
centimeter), jarring happa dilepas sehingga ikan bisa bergerak lebih leluasa.
8. Di kolam tersebut bibit
dibesar sekitar 3 bulan. Hasilnya adalah bibit ikan gurami dengan ukuran yang hampir
sama seharga sekitar Rp 1000 (seribu rupiah).Berdasarkan pengalaman, jumlah
ikan yang dihasilkan dari setiap sarang sekitar 1000 sampai 2000 ekor. Di
samping itu satu kolam yang sudah terisi ikan (bukan kolam indukan) dapat
dipasangi jarring happa lagi sehingga dapat digunakan untuk menebar tetasan
lagi. Dengan demikian produktivitasnya jauh lebih banyak.
No comments:
Post a Comment