Wednesday, June 27, 2012

Pemijahan Teknik Jaring Happa


Secara garis besar, langkah-langkah pembibitan dengan teknik jaring adalah sebagai berikut
1.      Kolam bidudaya diusahakan berukuran standar (3 x 10 meter dengan kedalaman air sekitar 1,25 meter. Kolam teresebut pertama-tama dikuras sampai bersih, diusahakan tidak ada lumpurnya sama sekali.Kolam yang sudah dikuras tersebut tidak boleh dialiri air langsung dari selokan, melainkan ditunggu beberapa hari agar kolam terisi penuh oleh air rembesan dari kolam sekitarnya. Tujuannya adalah agar tidak ada bibit penyakit ataupun bibit ikan lain seperti sepat dan wader.
2.      Setelah kolam terisi  penuh air, kita masukkaan delapan sampai sepuluh  ekor induk dengan perbandingan 3 induk jantan dan 5 induk betina. Ukuran induknya diusahakan antara 1,25 kologram sampai dengan 2 kilogram. Induk-induk tersebut sebaiknya hanya diberi makan daun senthe dan pellet dengan  kadar protein tinggi (pellet untuk bibit ikan kecil).Dua hari kemudian, setelah induk mampu beradaptasi dengan kolam, kolam tersebut dipasangi tiga sampai empat sosok yang terbuat dari bamboo dan ijuk dari pohon aren. Ijuk tersebut harus sudah dibersihkan dan tinggal ijuk yang berserat halus. Ijuk tersebut ditumpuk pada suatu papan yang berada kurang lebih dua centimeter di atas permukaan air.
3.      Tiga hari kemudian kolam tersebut mulai diamati. Biasanya induk-induk tersebut mulai membuat sarang dalam sosok-sosok yang telah disiapkan. Namun kadang-kadang induk juga membuat sarang pada cekungan di dinding kolam. Jika sudah ada yang mulai membuat sarang, tunggulah beberapa hari sehingga sarangnya benar-benar selesai dibuat (biasanya berlangsung sekitar 3-7 hari). Jangan sekali-kali mengamati pada pagi hari sekitar pukul 09.00 – 10.00 atau sore hari antara pukul 15.30 – 17.00 karena waktu-waktu tersebut merupakan waktu ikan gurami mijah.
4.      Amatilah dari permukaan kalau-kalau sarangnya sudah tersisi telur. Jika berdasarkan pengamatan dari permukaan ciri-ciri tersebut sudah tampak, masuklah ke dalam kolam sambil membawa ember plastik hitam berukuran sedang. Untuk memastikan bahwa sarang sudah diisi telur rabalah bagian depan sarang. Jika sarang sudah tertutup (ijuk bagian depan datar) dapat dipastikan bahwa sarang tersebut sudah terisi telur. Siap-siaplah mengangkat telurnya.Telur diangkat dari kolam induk, dipisahkan dari induk dan ditempatkan pada bak besar berwarna hitam. Bak berwarna hitam tersebut berfungsi sebagai kolam penetasan. Setiap hari bak harus diteliti dan jika ada telur yang mati, telur tersebut harus diambil dan dibuang. Biasanya dalam waktu dua hari telur sudah mulai bergerak-gerak dan sampai dengan delapan hari, kuning telur sudah habis, dan jadilah tetasan ikan gurami yang masih sangat kecil.
5.      Selama menunggu telur menetas kita menyiapkan kolam tebaran yang sudah dipasangi jarring happa berukuran 1,5 x 2 meter. Satu kolam besar bisa dipasangi beberapa jarring happa. Sebaiknya air kolam tersebut juga merupakan air yang bersih hasil rembesan.
6.      Setelah kuning telur habis dan tetasan bergerak lincah, tetasan tersebut kita masukkan ke jarring happa yang ada di kolam. Di jarring happa ini tetasan diberi makan cacing rambut sekitar satu bulan.
7.      Setelah satu bulan atau ukuran bibit sudah cukup besar (lebarnya  sekitar setengah centimeter), jarring happa dilepas sehingga ikan bisa bergerak lebih leluasa.
8.      Di kolam tersebut bibit dibesar sekitar 3 bulan. Hasilnya adalah bibit ikan gurami  dengan ukuran yang hampir sama seharga sekitar Rp 1000 (seribu rupiah).Berdasarkan pengalaman, jumlah ikan yang dihasilkan dari setiap sarang sekitar 1000 sampai 2000 ekor. Di samping itu satu kolam yang sudah terisi ikan (bukan kolam indukan) dapat dipasangi jarring happa lagi sehingga dapat digunakan untuk menebar tetasan lagi. Dengan demikian produktivitasnya jauh lebih banyak.

No comments:

Post a Comment